Melakukan Migrasi Menuju Cloud hosting? Hindari 10 Kesalahan Fatal Ini

Kesalahan Fatal
Cloud Hosting Pic:

Kalau kamu adalah seorang pebisnis yang baru saja mulai ingin bermigrasi untuk memindahkan website kamu ke awan, alias cloudhosting, mungkin hal tersebut adalah tanda bahwa memang bisnis kamu sedang berkembang. Tapi sayangnya terkadang website yang sudah mulai dimigrasikan bisa saja runtuh kalau kamu melakukan kesalahan fatal.

Padahal sejatinya cloud hosting secara teknis punya keleluasaan dan fleksibilitas yang jauh lebih baik daripada shared hosting tradisional, terutama menyangkut masalah keamanan pula. Dimana sekuritas yang baik dari cloud hosting memungkinkan para penggunanya untuk merasa aman.

Termasuk kamu juga nih, Sob. Kalau kamu sudah menggunakan cloud hosting, bisa dipastikan website kamu, blog atau apapun itu akan semakin aman dari gangguan server tidak stabil, malware, virus dan banyak lagi yang lainnya.

Tapi ternyata lewat CIO disebutkan bahwa ada 10 kesalahan umum yang biasanya dilakukan sehingga membuat para pengguna justru merasa gagal dan usaha mereka jadi berantakan. Nah, kalau kamu adalah seorang user yang mulai menggunakan sistem cloud hosting, hindari 10 kesalahan berikut ini yah!

Kesalahan Fatal
Cloud Computing
  1. Melakukan migrasi tanpa ‘governance’. Intinya, kamu melakukan migrasi, perpindahan data dari website kamu ke cloud hosting tanpa adanya petunjuk dari yang berpengalaman atau bahkan tanpa rencana. Migrasi yang sporadis menuju cloud hosting tanpa memikirkan konsekuensi ini malah akan berpotensi membuat sejumlah data hilang. Terutama jika kamu bergerak sendiri tanpa ada supervisi, lantaran data-data yang dipindah ke cloud hosting umumnya sudah berjumlah besar dan membutuhkan waktu cukup banyak
  1. Beranggapan bahwa semuanya bisa diunggah ke cloud. Memang, bermigrasi ke cloud hosting akan membuat banyak file jadi terunggah ke space yang lebih besar. Tapi sayangnya tidak demikian. Seperti contohnya aplikasi yang obsolete justru akan rusak jika kemudian ditransfer menuju cloud. Sebaiknya seleksi file juga dilakukan secara teliti sebelum bermigrasi.
  2. Memperlakukan cloud selayaknya seorang yang harus memenuhi janjinya. Memang para penyedia layanan cloud pasti akan sebaik mungkin untuk memenuhi janji. Tapi keberadaan server sekalipun menggunakan cloud juga pasti akan harus diperkirakan. Seperti berapa jam dalam sehari user bisa menghubungi call center, atau berapa hari dalam seminggu server bisa dipergunakan secara optimal.
  3. Mempercayakan data dan file yang hendak dimigrasi ke cloud hosting, bukan berarti kamu gak melakukan pengawasan ya. Terutama kalau misalkan memang reputasi dari penyedia sudah sangat terpercaya. Kamu harus pastikan bahwa setiap langkah dari transfer serta migrasi bisa diawasi dengan baik.
  4. Hanya menggunakan satu cara dan satu metode saja, merupakan kesalahan fatal yang berakibat buruk. Bagi kamu yang sudah familiar dengan keberadaan cloud hosting, maka istilah ‘lift and shift’ akan dekat dengan kamu ya. Tapi ternyata metode lift and shift bukan satu-satunya metode yang bisa dilakukan saat migrasi menuju cloud host. Cloud native juga bisa jadi metode yang lain untuk bisa dicoba dan tidak stagnan di satu cara saja.
  5. Salah satu kelemahan dari pemilik website yang mulai migrasikan aset mereka adalah tidak-adanya pemantauan layanan dari provider. Saat kamu sudah mulai malas untuk mengawasi proses tersebut, maka potensi munculnya kesalahan dan kerusakan akan meninggi dan bisa mengakibatkan kerugian secara finansial.
  6. Jangan terlalu berharap dengan keberadaan teknisi IT yang berada nun jauh di sana. Segala sesuatunya harus ada dan berada di tangan sendiri supaya kalau misalkan ada masalah, kamu bisa menghandlenya secara cepat. Kalau bisa, saat mungkin website dan properti kamu mengalami masalah, manfaatkan jasa teknisi website yang ada dalam jangkauan kamu saja dulu.
  7. Terlalu percaya pada skrip dan koding yang automated adalah kesalahan fatal yang kesekian kalinya. Sudah banyak sekali para penyedia koding yang menganggap bahwa skrip yang sudah diotomatisasikan bakalan membantu para pemilik website secara otomatis 100 persen. Padahal, saat skrip mengalami bug, misalkan pada akselerator, maka kamu juga harus memperbaikinya secara pribadi juga.
  8. Cloud hosting memang punya jaminan bahwa tingkat keamanannya melawan malware sudah lebih baik. Tapi kurang dibenarkan juga kalau kamu terlalu bergantung 100 persen pada keamanan tersebut. Lebih melakukan tindakan preventif supaya tak dimasuki virus dan penyakit bakal menghindarkan kamu untuk melakukan kesalahan fatal lainnya.
  9. Melupakan recovery dan disaster planning bisa dibilang merupakan kesalahan fatal yang PALING fatal oleh para pemilik website. Karena meskipun menggunakan cloud hosting, uptime saat melakukan transfer dan migrasi bisa saja mengalami interupsi. Dan jikalau tidak ada backup plan, maka data kamu akan terpecah-pecah bahkan jatuh berantakan.
Cek Konten Lainnya:
15+ Strategi Marketing B2B untuk Maksimalkan Bisnis

-->
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
microservices adalah
Read More
Apa itu Microservices? Kelebihan, dan Karakteristik
Efektivitas dan produktivitas tentu menjadi hal krusial dalam proses pengembangan sebuah program komputer atau aplikasi. Hal inilah yang…
Read More
Tutorial SSL: Cara Menggunakan Certbot Standalone Mode Encrypt Sertifikat SSL
Tahukah Anda, Let’s Encrypt adalah layanan yang menawarkan SSL gratis melalui API otomatis yang akan membantu mengamankan Hosting…