Redesign Website: Persiapan, Strategi dan Tipsnya

redesign website
redesign website

Merombak ulang sesuatu yang sudah jadi memang tidaklah mudah, butuh usaha dan bisa juga biaya yang  besar. Ini pun juga berlaku dalam redesign website namun adakalanya mau tidak mau, hal itu harus kamu lakukan demi kemajuan bisnis. 

Namun masalahnya di sini, kapan kira-kira momen yang tepat untuk melakukan itu? Kamu akan temukan jawabannya dalam artikel ini yang juga akan menjelaskan tips-tips redesign website berikut

Lakukan Dulu Persiapan Redesign Website Dengan Matang

Ada pepatah mengatakan “victory loves preparation”. Demikian halnya bila kamu ingin redesign website yang akan kamu laksanakan benar-benar memberikan hasil yang signifikan maka persiapan adalah hal yang mutlak. Persiapan tersebut meliputi : 

1. Memahami Gejala-Gejala yang Menunjukkan Memang Perlu Merancang Ulang Website

Website yang masih layak pakai sudah tentu tidak perlu dirombak. Oleh karenanya jangan sampai karena pertimbangan yang sembarangan, kamu malah melakukan perubahan yang tidak perlu. 

Maka dari hal pertama yang perlu kamu siapkan adalah mengenai data apakah website sudah menunjukkan gejala harus segera diperbaiki sampai ke akar-akarnya. Adapun gejala-gejala tersebut antara lain : 

  • Terjadi perubahan branding pada bisnis baik itu dari segi visi, misi, maupun tujuannya. Jika ketiga hal itu mengalami perubahan maka sudah jelas desain website juga akan ikut berubah untuk menyesuaikannya. 
  • Apakah user-user yang masuk ke dalam  website-mu masih merasakan kemudahan mengakses setiap konten yang ada di dalam situ? Jika mulai sering timbul keluhan maka baru redesign website layak kamu pertimbangkan.
  • Tingkat konversi dari pengunjung biasa menjadi pelanggan setia yang terus mengalami penurunan. 
  • Desain yang sudah terlihat ketinggalan zaman. Desain semacam ini akan memberikan kesan kepada user bahwa website sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman. 
Cek Konten Lainnya:
10+ Framework PHP Terbaik di 2025 untuk Developer

2. Menganalisis Metriks Performa Website Sampai Saat Ini

Selain gejala-gejala di atas, pertimbangan lainnya yang juga tidak kalah penting sebelum memutuskan  mendesain ulang adalah berdasarkan performa website. Dengan begitu nanti perbaikan akan lebih akurat. Tepat sasaran pada parameter-parameter performa yang memang menjadi titik lemah website. 

Adapun beberapa parameter performa yang sebaiknya kamu jadikan acuan analisis antara lain : 

  • Bounce Rate

Bounce rate menunjukkan kondisi di mana user hanya melihat website pada halaman pertama dan kemudian dengan cepat keluar dari sana. 

Cara menghitungnya di sini adalah dengan membagi antara jumlah pengunjung pada halaman pertama saja dengan total pengunjung keseluruhan lalu dikalikan 100%. Jadi apabila total pengunjung yang datang ke website ada 100 dan 70 di antaranya hanya mengunjungi di halaman pertama maka bounce rate =70100 x100% = 70%

Semakin tinggi persentase maka bisa disimpulkan website-mu dianggap tidak kompeten. Apa yang mereka lihat pada judul tidak memenuhi ekspektasi mereka ketika melihat isinya. 

  • Waktu Loading

Metriks performa lainnya yang juga menunjukkan bahwa kamu sebaiknya segera redesign website adalah berdasarkan waktu loadingnya. Tidak akan ada orang yang suka dengan website yang “lemot” untuk dibuka, mereka pasti akan segera beralih ke website yang lain 

  • Responsivitas Terhadap Perangkat Smartphone

Pada dasarnya dengan sifat smartphone yang lebih praktis membuat user jadi lebih suka browsing lewat perangkat tersebut. Ini dibuktikan dari survey dari SEMRUSH yang menyajikan datanya lewat grafik bahwa total traffic yang ada dalam internet mayoritas berasal dari pengguna smartphone : 

Dengan fakta itu, kamu harus mengecek apakah website-mu masih responsif terhadap perangkat smartphone. Apakah masih enak dilihat ketika ada user yang mengakses melalui perangkat tersebut. 

  • Peringkat Mesin Pencari
Cek Konten Lainnya:
Semi Dedicated Hosting: Inilah Kelebihan dan Harganya

Jika dalam kolom pencarian, peringkatmu cenderung mengalami stuck atau penurunan maka ini saatnya juga redesign website di bagian strategi SEO-nya.

3. Riset Pada Kompetitior

Dari 2 poin sebelumnya ternyata sudah menyatakan bahwa kamu sebaiknya segera  membuat website baru tapi sekarang untuk melaksanakan itu harus cari inspirasi dari mana? Untuk paling mudah, amati pada kondisi website kompetitor-kompetitornya yang meliputi desain, navigasi, dan strategi pemasarannya. 

Dari kelebihan mereka bisa kamu jadikan acuan untuk kamu ikuti (bukan menjiplak), sementara kekurangannya sebagai acuan agar jangan melakukan kesalahan yang sama.

4. Memahami Perubahan Target Pasar

Memahami target pasar tidak berhenti pada saat kamu pertama kali membuat lapak dalam website. Namun di saat kamu akan redesign website juga perlu melakukan riset apakah nantinya setelah perubahan dilakukan maka target pasarmu akan sama seperti sebelumnya. 

Apalagi berkaca pada kondisi bahwa perilaku dan selera konsumen bisa berubah-ubah sewaktu-waktu maka poin ini terasa semakin penting. Harapannya dengan begitu wajah baru dari websitemu benar-benar memberikan efek yang positif karena kamu sudah paham apa yang target pasarmu suka dan tidak suka. 

5. Tetapkan Tujuan Pendesainan Ulang Dari Website-mu Itu

Panduan merancang ulang website berikutnya yang tidak kalah pentingnya pula adalah tetapkan tujuanmu mau ke mana melalui website-mu itu. Apakah tujuanmu berkaitan dengan meningkatkan penjualan, menaikkan brand awareness ke lebih banyak orang, dll. 

Kemudian setelah menetapkan tujuan, spesifikkan masing-masing tujuan dalam aplikasi yang lebih riil tentang bagaimana cara mencapainya. 

Selain sebagai pondasi agar setiap perubahan yang kamu masukkan tepat sesuai kemauan, tujuan ini juga nantinya menjadi acuan untuk membandingkan. Bagaimana perkembangan website sebelum dan sesudah redesign website? Apakah hasilnya signifikan?

6. Membuat Peta Konsep Website

Peta konsep website bisa dibilang sebagai cetak biru bagaimana nantinya setiap halaman dalam websitemu akan terhubung satu sama lain. Dari cetak biru ini, kamu harus usahakan semuanya terhubung dengan sistematis. 

Cek Konten Lainnya:
Apa itu Latency? Penyebab, dan Cara Menghitungnya

Supaya nanti saat diaplikasikan ke dalam sistem website dapat membentuk tata navigasi yang mudah pengunjung ikuti.  Jadi walaupun mereka pertama kali kenal website-mu, tidak sampai mengalami kesulitan saat ingin mengakses informasi yang mereka butuhkan.

Dari 6 poin tips redesign website di atas, utamakan yang poin satu dulu yaitu persiapan. Jika kamu sudah persiapkan semuanya dengan baik maka melakukan poin-poin lainnya akan lebih mudah. 

FAQ

1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk meredesain website?

Waktu yang dibutuhkan untuk meredesain website tergantung pada kompleksitas dan ukuran proyek. Proses redesign sederhana bisa memakan waktu beberapa minggu, sementara redesign yang lebih kompleks bisa memakan waktu beberapa bulan. Konsultasi awal dengan penyedia jasa akan memberikan perkiraan waktu yang lebih akurat.

2. Berapa biaya yang diperlukan untuk meredesain website?

Biaya redesign website bervariasi tergantung pada kompleksitas proyek, fitur yang diinginkan, dan pengalaman penyedia jasa. Harga bisa mulai dari beberapa juta rupiah hingga puluhan juta rupiah untuk proyek yang lebih kompleks. Sebaiknya diskusikan anggaran kamu dengan penyedia jasa untuk mendapatkan penawaran yang sesuai.

3. Apa yang perlu saya siapkan sebelum meredesain website?

  • Tujuan Redesign: Tentukan tujuan utama dari redesign, seperti peningkatan kinerja, tampilan, atau fungsi.
  • Feedback Pengguna: Kumpulkan feedback dari pengguna saat ini tentang apa yang mereka suka atau tidak suka dari situs web kamu.
  • Konten: Siapkan konten yang akan digunakan di situs web baru, termasuk teks, gambar, dan video.
  • Referensi Desain: Jika kamu memiliki preferensi desain tertentu, siapkan contoh atau referensi untuk disampaikan kepada penyedia jasa.
  • Analisis Kinerja: Evaluasi kinerja situs web saat ini untuk mengetahui area yang perlu ditingkatkan.
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
Elementor, DIVI, dan Beaver Builder
Read More
Elementor, DIVI dan Beaver Builder: Mana yang Lebih Baik?
Kalian mungkin bertanya-tanya mana page builder terbaik antara Elementor, Divi, dan Beaver Builder. 3 plugin tersebut merupakan plugin…
apa itu javascript
Read More
Apa itu JavaScript di Website? Yuk Cek Contoh hingga Fungsinya!
Apa itu Javascript? JavaScript adalah salah satu bahasa pemrograman yang banyak digunakan. JavaScript juga tidak asing di telinga…