Bounce Rate: Definisi, Faktor dan Cara Mengurangi

bounce rate

Buat kamu yang bergelut di dunia pengelolaan website, pasti sudah nggak asing lagi dengan bounce rate (pentalan). Ini adalah metrik yang mengukur performa konten yang kamu publikasikan di website, Sob!

Terus, angka yang ada di bounce rate ini menandakan apa? Apakah nilai yang mendekati 100% itu bagus atau jelek? Apakah ini cuma angka-angka yang seharusnya kamu abaikan? 

Apa Itu Bounce Rate?

Bounce rate (pentalan) merupakan persentase pengunjung yang keluar dari halaman web tanpa melakukan aksi apa pun. Contohnya pengunjung tersebut mengakses website tanpa mengklik link, mengisi form, atau membeli barang.

Pentalan ini semacam metrik untuk mengukur persentase pengunjung yang nggak terlalu tertarik sama situs atau aplikasimu. Jadi, kalau mereka cuma mampir sebentar, kurang dari 10 detik, nggak melakukan apa-apa,itu dihitung sebagai bounce. 

Nah, metrik ini bisa membantumu memahami seberapa bagus situsmu untuk menarik pengguna. Apakah benar-benar cocok sama ekspektasi dan kebutuhan mereka? Bounce penting karena:

  • Orang yang langsung keluar dari situsmu jelas nggak masuk konversi. 
  • Tingkat bounce bisa jadi faktor peringkat Google. Ada studi menemukan bahwa metrik ini sangat berhubungan dengan peringkat halaman pertama di Google.

Kalau tingkat bounce tinggi, berarti situsmu (atau halaman tertentu di situsmu) ada masalah sama konten, pengalaman pengguna, tata letak halaman, atau penulisan copy-nya.

Untuk melihat nilai bounce, kamu bisa mengunjungi Google Analytics. Bounce rate google analytics mempertimbangkan jumlah tayangan halaman, durasi sesi, dan cara konversi. Pendekatan ini lebih komprehensif untuk mengukur keterlibatan pengguna.

Bounce dihitung sebagai persentase sesi yang tidak terlibat. Adapun sesi dianggap terlibat kalau memenuhi salah satu kriteria berikut:

  • Durasi lebih dari 10 detik.
  • Memicu konversi.
  • Menghasilkan setidaknya dua tayangan halaman atau tampilan layar.

Kalau sebuah sesi nggak memenuhi salah satu kriteria ini, berarti termasuk tidak terlibat atau bounched. Oleh karena itu, tingkat bounce di Google Analytics adalah kebalikan dari tingkat keterlibatan.

Cara Menghitung Bounce Rate

Untuk menghitung tingkat bounce suatu halaman, caranya mudah. Berikut rumus bounce rate yang bisa kamu gunakan:

Bounce Rate =Jumlah total kunjungan satu halamanJumlah total pengunjung 100%

Cek Konten Lainnya:
Apa Iya Devin AI Bisa Gantiin Software Engineer?

Misalnya, pada bulan April, sebuah website mendapatkan 2 juta pengunjung. Jumlah user yang mengunjungi satu halaman sebanyak 800 ribu. Berdasarkan informasi ini, bounce rate yang dihasilkan pada bulan tersebut sebesar:

Bounce Rate =800.0002.000.000 100% = 40%

Jadi, tingkat bounce pada bulan April yaitu 40%. Terus, bounce rate ideal itu berapa? Nilai bounce yang bagus tergantung industri, dari mana sumber trafik, dan jenis halaman apa yang pengunjung akses. 

Menurut HubSpot, rata-rata tingkat bounce berkisar antara 26% hingga 70%. Tingkat bounce sekitar 40% atau lebih rendah dianggap baik sedangkan bounce rate 55% atau lebih tinggi dianggap tinggi dan perlu perbaikan.

Meski begitu, perlu kamu ingat bahwa setiap situs web itu unik. Karena itulah mungkin ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat bounce.

Penyebab Bounce Rate Tinggi

Tingkat bounce yang tinggi bisa menandakan bahwa halaman tersebut nggak relevan atau membingungkan pengunjung. Biar lebih jelas, berikut beberapa faktor penyebab tingginya bounce.

1. Halaman Nggak Sesuai Ekspektasi

Misalnya, kamu lagi nyari mixer baru. Jadi kamu Googling “beli mixer gratis ongkir”. Setelah muncul hasil pencarian, ada iklan dengan headline “mixer gratis ongkir” akhirnya kamu klik. 

Tapi, pas kamu klik iklannya, yang muncul bukannya landing page tentang pilihan mixer, kamu malah menuju ke halaman utama situsnya.

Kalau sudah begini, apa yang bakal kamu lakukan? Balik lagi ke Google buat nyari halaman yang 100% tentang mixer kan? Nah, akibat halaman yang nggak sesuai inilah tingkat bounce menjadi tinggi.

2. Faktor Desain Website

Desain yang kurang bagus bisa membuat tingkat bounce menurun. Alasannya karena sebagian pengunjung menilai situsmu berdasarkan desain dulu, baru konten.

Terus gimana caranya tahu desain sudah bagus atau belum? Kamu bisa meminta teman atau kenalan untuk mengunjungi websitemu, lalu menilai desainnya. Kalau mereka nyaman, berarti desain websitemu sudah bagus.

3. Pengalaman Pengguna Buruk

Selain desain yang bagus, kamu juga harus memastikan website gampang digunakan. Semakin mudah orang membaca dan navigasi di situsmu, semakin rendah tingkat bounce.

Bayangkan saja kalau tata letak website berantakan, orang pasti akan segera keluar dari website. Jadi, pastikan menu navigasinya sudah baik, ya!

4. Loading Website Lambat

Faktor yang mempengaruhi bounce rate selanjutnya yaitu kecepatan loading website. Kamu pasti pernah menemui situs web yang loading-nya pelan banget. Sampai-sampai membuatmu kesal dan langsung tekan tombol back untuk cari web yang lebih cepat.

Sebagian besar pengguna nggak tahan untuk menunggu lama. Karena itulah tingkat bounce menjadi tinggi.

Efek dari Bounce Rate Tinggi

Tingkat bounce yang tinggi seringkali menjadi kelemahan dalam faktor SEO dan pengalaman pengguna seperti loading website dan kemudahan navigasi.

Nah, biar tahu bagian halaman mana yang membuat bounce tinggi, kamu bisa memakai tools On Page SEO Checker. 

Cek Konten Lainnya:
Cari CMS Perpustakaan Online? Ini 9+ Rekomendasinya

Tujuannya untuk menemukan isu-isu pada konten halaman web yang bisa berdampak negatif pada tingkat bounce, pengalaman pengguna, dan kinerja SEO secara keseluruhan.

Cara Mengurangi Bounce Rate

Setelah tahu faktor yang bisa mempengaruhi tingkat bounce, terus apa yang harus kamu lakukan untuk mengatasinya? Ada beberapa langkah penting yang bisa kamu lakukan yaitu:

1. Meningkatkan Kecepatan Loading Website

Kamu bisa mengevaluasi bagaimana performa website dalam hal kecepatan. Biar gampang, pakai tools seperti PageSpeed Insights. Tujuannya untuk melihat skor kecepatan berdasarkan seberapa cepat waktu loading untuk pengguna Chrome.

Kalau angkanya besar, saatnya kamu mengevaluasi penyebab website yang berjalan lambat. Misalnya karena gambar-gambar berukuran besar. Kamu bisa mengkompres gambar agar ukurannya lebih kecil.

Selain itu, coba cek penyedia hosting. Apakah hosting yang kamu pakai sudah mendukung kecepatan muat website? Kalau belum, coba pertimbangkan untuk berpindah hosting.

hosting untuk wordpress cepat

Penyedia hosting seperti Jagoan Hosting menghadirkan paket hosting murah dengan unlimited bandwith. Hal ini memungkinkan website menerima traffic padat tanpa khawatir kecepatannya. Jadi, website lebih cepat dan responsif!

2. Pastikan Konten Mudah Dibaca

Konten website berperan sangat penting pada tingkat bounce. Pengunjung akan betah kalau kontennya terbaca dengan jelas. 

Buatlah konten yang mobile friendly. Artinya, konten tersebut mudah dibaca dari HP karena sebagian besar pengunjung mengakses website melalui ponselnya.

Selanjutnya, pastikan konten nggak terlalu panjang. Buat kalimat-kalimat ringkas biar pengunjung nyaman membacanya. Pisahkan paragraf besar menjadi potongan kalimat yang lebih pendek.

Selain itu, font juga penting. Pilih font yang terbaca dengan jelas dan ukurannya nggak terlalu besar atau terlalu kecil. Selalu pastikan kamu menampilkan halaman preview sebelum menerbitkan konten.

3. Kesesuaian dengan Intent Pencarian

Google adalah sumber lalu utama untuk mengakses apapun secara online. Itulah mengapa sangat penting bahwa semua halaman konten sesuai dengan intent pencarian atau kehendak pembaca.

Halamanmu harus memberikan jawaban tentang apa yang pengunjung cari. Kalau nggak, pengunjung akan balik ke hasil pencarian.

Halaman yang nggak memenuhi intent pencarian bukan hanya buruk untuk bounce rate-mu, tapi juga buruk untuk SEO. 

Ketika konten nggak sesuai intent, Google akan melihat halaman tersebut kurang relevan atau nggak memberikan nilai tambah kepada pengguna. Akhirnya, peringkat website pun turun.

4. Gunakan Data Heatmap

Cara selanjutnya untuk mengurangi bounce rate adalah menggunakan data heatmap. Heatmap adalah cara untuk melihat bagaimana orang menggunakan dan berinteraksi dengan situsmu. Untuk mengukurnya, kamu bisa memakai tools yang tersedia.

Tools itu akan melacak bagaimana orang membaca, mengklik, dan menggulir halaman websitemu. Dengan begitu, kamu bisa melihat pada bagian mana mereka keluar dari website.

Mengetahui hal ini tentu menjadi upaya yang bagus untuk mengevaluasi persentase bounce. 

5. Tambahkan Tautan Internal ke Halamanmu

Tautan internal bisa membantu meningkatkan bounce rate loh! Alasannya karena tautan internal mengirim orang ke halaman lain di situsmu. 

Cek Konten Lainnya:
Pengertian Sitemap dan Cara Membuatnya di Website

Adanya tautan internal secara alami meningkatkan jumlah tampilan halaman. Jadi, begitu pengguna mengunjungi halaman lain, mereka nggak lagi terhitung sebagai bounce.

Selain membantu mengurangi bounce, tautan internal juga membantu pengguna menemukan informasi lain yang relevan. Alhasil, pengguna terdorong untuk mengunjungi halaman lain yang mungkin mereka butuhkan.

6. Memperbaiki Desain Website

Salah satu alasan tingkat bounce tinggi adalah karena desain website yang kurang bagus. Pengguna cenderung meninggalkan halaman dengan cepat kalau tampilan atau navigasi web terlihat kusam, sulit dipahami, atau tidak responsif di berbagai perangkat. 

Itulah sebabnya, penting untuk menginvestasikan waktu dan sumber daya pada perbaikan desain website yang lebih baik. Dalam hal ini termasuk memastikan tata letak yang intuitif, penggunaan warna, dan kompatibilitas dengan berbagai perangkat.

7. Gunakan Daftar Isi

Kamu merasakan sendiri kalau membaca artikel terlalu panjang tapi nggak menemukan informasi yang kamu cari, pasti kecewa bukan? Waktu yang kamu habiskan untuk scroll website hingga akhir halaman terbuang sia-sia.

Akhirnya, pengunjung segera keluar dari halaman website. Hal ini berdampak pada tingkat bounce karena nggak ada interaksi dari pengunjung.

Solusinya, kamu bisa menambahkan fitur daftar isi. Daftar isi membantu pengunjung segera menemukan hal utama yang mereka inginkan dari halamanmu. Ketika mereka mengklik tautan di daftar isi, mereka langsung melompat ke bagian itu.

Itulah informasi seputar bounce rate yang penting bagi pengelola website. Selalu evaluasi performa website, salah satunya dengan metrik ini ya!

FAQ

Berikut ini informasi tambahan yang dapat memperdalam pengetahuanmu tentang metrik bounce.

Seberapa sering harus melihat metrik bounce?

Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada sejumlah faktor bisnis, tapi umumnya pemasar meninjau laporan Google Analytics setiap minggu. Kalau nggak bisa, coba tinjau laporan tersebut sekali sebulan.

Apa itu total sesi di laporan Google Analytics?

Total sesi adalah interaksi pengunjung dengan situs web yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, sebuah sesi baru dapat dimulai setelah 30 menit tidak aktif atau saat hari baru dimulai (jam tengah malam). 

Seorang pengunjung bisa memiliki beberapa sesi kalau mereka datang ke situs web kamu, pergi, dan lalu kembali. Kalau mereka kembali, sesi baru akan dimulai.

Traffic apa saja yang muncul di laporan Google Analytics?

Google Analytics menawarkan laporan yang memunculkan direct traffic, organic traffic, referral traffic, dan paid traffic. Dengan mengetahui dari mana pengunjung mengklik situs, kamu bisa membuat dan mengevaluasi strategi websitemu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Also Like
web development
Read More
Web Development: Pengertian, Jenis, dan Proses Kerjanya
Di era digital seperti ini, semakin banyak orang, organisasi, bisnis, dan lainnya yang ingin menunjukan eksistensi di internet.…
Read More
Bersiaplah! Sambut Aplikasi Whatsapp untuk Bisnis Online
Lagi-lagi, dunia digital semakin menjadi ladang subur bagi sebuah bisnis atau perusahaan. Setelah aplikasi sosial media, seperti Facebook…